Mengenal Hiperhidrosis, Berkeringat Berlebihan Secara Tidak Wajar
A
A
A
JAKARTA - Berkeringat merupakan hal yang normal dan sehat. Biasanya, kelenjar keringat pada kulit akan mengeluarkan keringat ketika suhu tubuh naik seperti saat berolahraga, demam, cemas, stres, konsumsi makanan pedas, minuman soda, kafein, hingga konsumsi minuman beralkohol.
Namun, waspadalah jika Anda mengalami keringat berlebihan secara tidak wajar. Kondisi ini disebut sebagai hiperhidrosis. Hiperhidrosis dapat dialami oleh siapa saja, meski sebagian besar penderita mulai mengalaminya saat usia anak-anak atau remaja.
"Hiperhidrosis adalah kondisi di mana seseorang memproduksi keringat dengan jumlah berlebih pada beberapa bagian tubih, salah satunya adalah ketiak. Kondisi ini biasanya tidak berhubungan dengan suhu tubuh atau olahraga," jelas dermatologis dr. Melyawati Hermawan, SpKK saat acara peluncuran Dove Sensitive Deodorant di The Hermitage, Jakarta, Kamis (11/7).
"Hiperhidrosis di laki-laki, di wanita ada. Cuma wanita lebih genit, lebih meratiin. Enggak mau ada basah dan bau-bau enggak enak. Budaya kita kan harus rapi, cantik jadi wanita dan pria bisa mengalami," lanjutnya.
Orang dengan hiperhidrosis, dr. Melyawati menambahkan, biasanya akan mengalami berkeringat berlebih meski tidak melakukan aktivitas apapun dan termasuk saat sedang berada di ruang ber-AC. Meski tidak membahayakan, hiperhidrosis bisa berpengaruh buruk terhadap kualitas hidup penderita serta dapat menimbulkan perasaan malu, stres, depresi dan gelisah.
"Enggak aktivitas saja keringatan, sampai basah. Di dalam ruangan, yang ada AC-nya bisa keringetan, lepek. Dan enggak ketiak saja tapi juga kepala kuyup, tangan, telapak kaki keringatan. Dampaknya secara fisik enggak nyaman. Jadi ganggu pekerjaan dan enggak pede. Ganggu hubungan ke masyarakat, jadi terbatas dan bisa depresi," tuturnya.
Beban kerja yang menumpuk hingga mempengaruhi stres dan ditambah gaya hidup kurang sehat pun disebut-sebut menjadi faktor pencetus hiperhidrosis. "Penggunaan deodoran disertai antiperspirant dapat membantu mengatasi permasalahan keringat berlebih yang umumnya terjadi akibat gaya hidup seperti mengonsumsi makanan cepat saji, minuman berkafein, obat-obatan dan kondisi emosional seperti stres dan rasa khawatir," pungkasnya.
Namun, waspadalah jika Anda mengalami keringat berlebihan secara tidak wajar. Kondisi ini disebut sebagai hiperhidrosis. Hiperhidrosis dapat dialami oleh siapa saja, meski sebagian besar penderita mulai mengalaminya saat usia anak-anak atau remaja.
"Hiperhidrosis adalah kondisi di mana seseorang memproduksi keringat dengan jumlah berlebih pada beberapa bagian tubih, salah satunya adalah ketiak. Kondisi ini biasanya tidak berhubungan dengan suhu tubuh atau olahraga," jelas dermatologis dr. Melyawati Hermawan, SpKK saat acara peluncuran Dove Sensitive Deodorant di The Hermitage, Jakarta, Kamis (11/7).
"Hiperhidrosis di laki-laki, di wanita ada. Cuma wanita lebih genit, lebih meratiin. Enggak mau ada basah dan bau-bau enggak enak. Budaya kita kan harus rapi, cantik jadi wanita dan pria bisa mengalami," lanjutnya.
Orang dengan hiperhidrosis, dr. Melyawati menambahkan, biasanya akan mengalami berkeringat berlebih meski tidak melakukan aktivitas apapun dan termasuk saat sedang berada di ruang ber-AC. Meski tidak membahayakan, hiperhidrosis bisa berpengaruh buruk terhadap kualitas hidup penderita serta dapat menimbulkan perasaan malu, stres, depresi dan gelisah.
"Enggak aktivitas saja keringatan, sampai basah. Di dalam ruangan, yang ada AC-nya bisa keringetan, lepek. Dan enggak ketiak saja tapi juga kepala kuyup, tangan, telapak kaki keringatan. Dampaknya secara fisik enggak nyaman. Jadi ganggu pekerjaan dan enggak pede. Ganggu hubungan ke masyarakat, jadi terbatas dan bisa depresi," tuturnya.
Beban kerja yang menumpuk hingga mempengaruhi stres dan ditambah gaya hidup kurang sehat pun disebut-sebut menjadi faktor pencetus hiperhidrosis. "Penggunaan deodoran disertai antiperspirant dapat membantu mengatasi permasalahan keringat berlebih yang umumnya terjadi akibat gaya hidup seperti mengonsumsi makanan cepat saji, minuman berkafein, obat-obatan dan kondisi emosional seperti stres dan rasa khawatir," pungkasnya.
(nug)